Senin, 11 Januari 2010

Istana Sang Putri Artalyta nan cantik jelita


JAKARTA-MI: Tiga anggota Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum, yakni Denny Indrayana, Mas Achmad Santosa, dan Yunus Husein melakukan inspeksi mendadak ke Rumah Tahanan Pondok Bambu, Jakarta Timur, Minggu (10/1) malam. Mereka memulai sidak di rumah tahanan perempuan itu tepat pukul 19.30 WIB. Petugas rutan pun jadi kalang kabut saat mengetahui kedatangan tiga pejabat tersebut, yang disertai juga rombongan wartawan. "Aduh kok begini sih, ngga bilang-bilang... Gimana sih ini," teriak para petugas Rutan yang kebanyakan perempuan. Seorang petugas yang sempat menghalang-halangi rombongan wartawan pun sempat dibentak Denny, "Ini perintah Presiden. Kasih jalan". Seorang petugas bernama Anis yang menawarkan diri untuk mengantar para anggota Satgas pun ditolak mentah-mentah oleh Denny. Akhirnya para petugas Rutan pun hanya bisa pasrah membiarkan para anggota Satgas mengobrak-abrik 'isi dapur' mereka. Tempat pertama yang dikunjungi tim Satgas adalah ruang bimbingan kerja (bingker). Di situ, dari luar terlihat sosok Artalyta Suryani, alias Ayin, tersangka kasus penyuapan Rp6 miliar terhadap jaksa Urip Tri Gunawan. Di ruang yang lapang dan berpendingin udara itu, Ayin tengah duduk berselonjor di sebuah sofa bed sambil menjalani perawatan kecantikan (beauty treatment) oleh seorang dokter ahli kosmetik laser Hadi Sugiarto. "Sesuai aturan, seharusnya tidak boleh ada dokter lain yang boleh masuk, selain dokter penjara. Jadi ini tidak bisa dibenarkan," kata Mas Achmad mengomentari perlakuan istimewa yang diterima Ayin. Tidak hanya itu. Ruang tersebut seakan berubah menjadi ruang pribadi Ayin. Ruang yang harusnya diperuntukkan bagi seluruh napi itu dipenuhi oleh foto-foto anak yang diakui Ayin sebagai anak adopsinya. Di sebuah sudut, terdapat sebuah kolam bola berukuran besar, yang juga diakui Ayin sebagai tempat bermain anaknya jika mengunjunginya. Tak ketinggalan juga sebuah pesawat televisi plasma, kulkas, kompor, dan sejumlah alat-alat rumah tangga lainnya berada di ruang itu. Saat tepergok oleh Satgas, Ayin tengah membaca buku Membongkar Gurita Cikeas: Di Balik Skandal Bank Century, yang di dalamnya, namanya disebut-sebut oleh si pengarang buku, George Junus Aditjondro, masuk dalam lingkaran keluarga kepresidenan. Setelah mengetahui siapa sosok yang tengah memperhatikannya dari luar ruangan, Ayin pun langsung menaruh buku itu dan merapikan posisi duduknya. Sebagaimana diketahui, pada 24 Februari 2009 Mahkamah Agung mengganjar Ayin dengan hukuman lima tahun penjara plus denda Rp250 juta. Mestinya Ayin saat ini berada di balik jeruji penjara, bukan rumah tahanan. Namun terpidana kasus suap itu kini justru menghabiskan hari-harinya di Rutan Pondok Bambu. Sepanjang sidak, anggota Satgas hanya bisa diam dan geleng-geleng kepala saat melihat kondisi 'Hotel Prodeo' itu yang fasilitasnya benar-benar hampir mirip hotel berbintang. Kepada Mas Achmad, Ayin juga mengaku sering menggunakan ruang itu untuk mengadakan rapat-rapat dengan anak buahnya karena dia masih harus mengendalikan usaha plasmanya di Lampung, dan sejumlah perusahaan propertinya. "Saya minta ruang sedikit untuk menjalankan usaha saya," katanya. "Ini benar-benar mengagetkan. Nanti akan ada investigasi mendalam untuk memperjelas ini semua. Kita lihat saja," kata Mas Achmad dengan nada suara geram. Kepala Rutan Sarju Wibowo yang baru tiba pada pukul 20.45 WIB hanya bisa lemas dan pasrah saat mengetahui tempat kerjanya berhasil 'ditelanjangi' oleh Mas Achmad dan kawan-kawan. Tidak banyak kata yang bisa diucapkannya, selain kata 'siap'. "Siap pak... siap," jawabnya atas apa pun pertanyaan anggota Satgas. (NJ/OL-7)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar